Shirawakawa-Go, Playing Snow : Checked ✓

Playing snow is my forever bucket list.

Mengunjungi Shirakawa-Go di awal Februari 2020 kemarin seperti wujud dari sugesti saya di waktu kecil. Mau main salju, mau main salju, mau main salju. Itu yang selalu ada di benak saya kalau ditanya liburan yang paling saya impikan seperti apa. Saya selalu percaya, akan selalu ada yang pertama. Dan beruntungnya, impian saya di masa kecil untuk lihat dan bermain salju akhirnya tercentang.

Thanks to Pak Hady yang bikin saya, Lisna dan Nov bisa main-main ke Shirakawa-Go dan ngerasain gimana bekunya anak tropis di bawa ke suhu udara minus. :>

Anyway, postingan kali ini dedicated saya post tentang main salju di Shirawaka-Go dan sekitarnya. Whole itinerary Japan mungkin menyusul nanti. Perjalanan kesini, kami awali dari Tokyo dan naik Shinkansen ke Toyama lalu menuju Takayama. Di Takayama kami menginap semalam, untuk baru keesokan harinya naik bus ke Shirakawa-Go.

Waktu itu di awal bulan Februari, Jepang berada di musim dinginnya. Kalau di Tokyo suhunya masih lumayan, sekitar 5-10 derajat Celcius, dan tentu saja dengan angin yang bikin sekujur tubuh masuk super beku. Beberapa kota penyangga Tokyo bahkan saat itu badai angin.

Balik lagi, menuju Toyama, kami naik kereta super cepat andalan Jepang, Shinkansen. Sepanjang perjalanan, kami menikmati transisi panorama yang menakjubkan. Mulai dari alam yang berwarna hingga makin lama makin memutih, terselubung salju. Perjalanannya sekitar 4 jam, ga ada tuh kami tidur-tidurnya. Karena selain menikmati panorama, kita buka laptop beb. Kerja wkwkwkwk. Asli, saya sempat-sempatnya concall sama anak UV cabang Mugi dan Ruko buat mitigasi fraud. Sementara Lisna sibuk dengan token BCA-nya, oto ini dan itu. Tapi, semua itu sama sekali ga mengurangi rasa excited kami.

Cheers 😀

Sementara, berikut pemandangan di luar jendela.

Sesampainya di Stasiun Toyama, kami rehat dulu. Ngopi-ngopi di Starbucks sambil cuci mata di Mall yang ada dalam stasiun sana. Perjalanan masih seperempat lagi sebelum menuju Takayama. Sebenarnya saat itu kami masih gambling, apa bisa langsung hari itu langsung main ke Shirakawa-Go atau tidak. Tapi akhirnya kami memilih untuk santuy aja menikmati perjalanan. Eh, ternyata di Stasiun itu pemandangannya udah cakep! Jadilah kami meninggalkan beberapa jejak potret disitu.

Long story short, kami bertolak dengan Bus menuju Takayama. Begitu turun dari Stasiun, kami cukup berjalan kaki untuk menuju penginapan yang hanya berjarak beberapa ratus meter saja.

Ini suasana jalanan di Takayama. Peaceful.

Saat itu kami sampai di penginapan sekitar pukul 3 sore, dan rasanya masih butuh waktu rehat sejenak. Di penginapan, kami mendapat banyak petunjuk dan rekomendasi dari receptionist. Katanya, percuma kalau memaksakan langsung ke Shirakawa-Go, karena sesampainya disana langit akan sudah gelap. Mbak-nya pun mengambil peta, kemudian menunjuk satu daerah.

“Kesini saja. Ini bisa dibilang miniaturnya Shirakawa-Go. Dan kalian beruntung, berkunjung di Waktu Festival. Biasanya tempat ini hanya buka sampai jam 17.00, dan saat Festival seperti saat ini bukanya diperpanjang sampai malam. Akan ada pertunjukan disitu!”.

Mbak Receptionist

Oke. Akhirnya kami mengambil opsi tersebut. And, here we go to : Hilda Folks Village!

Ngeh ga ini seperti apa? Yes, Aurora!

Puas main disini sampai sekujur tubuh beku, kami balik ke penginapan dengan Bus. Oh anyway, sebenarnya ke Hilda Folks ini bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 30-40 menit. Tapi ya mohon maaf, kami belum memilih untuk masuk angin salju.

Keesokan harinya, ini yang ditunggu-tunggu! Shirakawa-Go!

Begitu menginjakkan kaki disini, ga berhenti melompat di kepala, “aduh ini beneran?”

Aduh, sebagus itu. Lebih bagus dari yang bisa ditangkap lensa kamera. Lebih bagus dari yang bisa kita tonton di youtube. Lebih cantik dari wallpaper Windows. Lebih bagus dari, ah gitudeh.

Sesenang itu.

Anyway, disini kami disapa Ibu-Ibu yang ternyata adalah orang asli Indonesia, dan menikah dengan warga Jepang sudah puluhan tahun. Si Ibu sedikit berbagi cerita tentang anak-anaknya dan kultur kehidupan di Jepang. ,

“Kalian beruntung. Semalam ada badai salju, jadilah Shirakawa Go hari ini seputih ini. Benar-benar berselimut salju. Sebelum-sebelumnya, enggak loh.”

Ibu-Ibu Indonesia yang sekarang sudah jadi warna Jepang

Setelah dadah-dadah, kami melanjutkan menikmati salju. Untuk mendapatkan foto bertiga seperti di bawah ini, tentu saja butuh effort. Yap, apalagi kalau bukan dengan bantuan tripod :’)

Ga banyak bisa cerita. Tapi hari itu, akan selalu saya tandai sebagai salah satu hari paling berkesan. Ratna Sofia, tiduran di salju guys.

Diupload pada 08 Juli 2020. Pukul 08.03.

Leave a comment