Bekal Buat Suami

Sebuah judul yang click bait. :))

Jauh sebelum di Twitter ramai dengan konsep “SJW Bekal Suami”, hidup kita aman-aman aja, kan ya?

Buat yang belum tahu, isu ini berawal dari Netizen yang mengunggah foto bekal buat suaminya. Fotonya tempting abis, dan bikin ngiler. Nama-nya Mbak Khaerani, jago deh si Mbak masaknya. Eh alih-alih dapat pujian semua, ada saja golongan insan yang menyebut dirinya feminis nyamber dan memojokkan Mbak-nya.

“Harus banget apa bekal buat suami? Suami bekalin istri nggak ada gitu?”

@alfamidi__

“Bekal buat suami? Kalau gue, gue nggak bakalan mau bikinin ini semua buat suami. Emang dia siapa gue? Even sehidup semati kayaknya gue nggak bakal melayani sedetail ini”

@hollandianest

“I don’t think anybody should be this nice to a man,”

@marcillest42069

Saya mengernyitkan dahi, dan melintas di pikiran “beban hidup apa sih yang lagi ditanggung Mbak-Mbak ini sampai sebegininya?”.

Kalau buat saya pribadi, konsep feminisme itu ya kesetaraan perempuan dalam memperoleh pendidikan, gelar, pekerjaan, politik, dan ekonomi di ruang pribadi dan ruang publik. Feminisme juga sebetulnya bentuk dari kebebasan perempuan untuk memilih jalan hidup, berhak merasa aman. Sementara pekerjaan rumah seperti mencuci piring, memasak, menyapu, mengepel, dan sebagainya ya gak bisa tedeng aling-aling dikatain merendahkan perempuan juga. Toh idealnya, ini dikerjakan bareng-bareng juga. Man, itu skill dasar manusia untuk bertahan hidup. Kalaupun kita tidak melakukan itu, sama sekali gak apa-apa juga. Tapi harus ada subsitusinya, effort beli lewat Grabfood misalnya (belinya pakai voucher UV guys), atau membayar ART untuk membantu melakukan hal tersebut. Intinya pinter-pinter bertahan hidup ya, ga usah sibuk ngatain orang lain hehehehe.

Baik cukup ah, balik lagi ke Judul.

Jadi sebagai newlyweds sarjana PSBB, saya punya hobi baru nih. Gak hobi-hobi banget sih. Tapi happy aja melakukan ini : cooking and baking. Tapi karena temanya Bekal Buat Suami, saya sempat mengabadikan beberapa foto setelah masak setiap hari (30-45 menit), sambil nunggu makanannya agak dinginan, sekalian saya jepretin. Btw, kegiatan ini saya lakuin setelah Subuh dan leyeh-leyeh dikit, jadi biasanya start jam 05.30, dan makanan sudah harus siap jam 06.00. Karena si Bapak Aldiano, memang konsep berangkat kerjanya balapan sama matahari terbit. Berikut beberapa potret yang sempat saya abadikan sebelum ditutup tupperware.

Iya, beneran 30 menit aja, Kak. Cheesecake-nya sudah dibikin sebelumnya dan ditaruh di kulkas. Sisanya fresh dibikin Subuh-Subuh.
Saya memang doyan Brownies. Jadi belakangan bikinnya ini mulu. Plus cumi adalah makanan kebangsaankuuu.
Nah ini lebih favorit lagi. Nutella Cheese ini konsepnya roti panggang, di dalamnya ada keju susu di atasnya topping Nutella. Buat jadi sarapan ala-ala. Makan siangnya ada ayam suir dan telur goreng. Nyemilnya buah kupas saja standar.
Ini lumayan banyak karena Bapak Aldiano kebagian ngeronda wkwk. Ga deng, piket.

Demikian dulu deh. Fotonya dikit, karena suka ga sempat motoin. Ada sih yang lain, tapi ga proper untuk di post wkwk. Yah intinya kita tampilkan yang layak ditampilkan aja, Kak.

Inti dari postingan ini, do what you want to do. I love cooking for him and for my self.

I think preparing food and feeding people brings nourishment not only to our bodies but to our spirits. Feeding people is a way of loving them, in the same way that feeding ourselves is a way of honoring our own createdness and fragility.

— Shauna Niequist

Dah ya, ngantor dulu. 🙂

Leave a comment