Ramadhan : Mencari Tenang

Ada yang istimewa di Ramadhan tahun ini. Satu pengalaman dan perasaan yang belum pernah ada sebelumnya.

Saya lupa pernah bercerita atau tidak, soal kenapa saya memutuskan “pergi” setiap bulannya. Mencari tenang, melalui escape, getaway, atau apapun generasi milenial menyebutnya. Pun begitu dengan ‘escape’ di bulan lalu. Ramadhan kemarin menjadi bulan dengan sebaik-baik pergi. Tempat pulang dengan sebaik-baik rumah.

Setiap hari rasanya selalu ada semangat yang sama, karena setiap malam-nya menawarkan pulang. Ada Tarawih di Masjid, juga dengan kuliah 30 menitnya yang membasuh sesuatu di hati. Sesuatu yang saya rindukan. Sesuatu yang biasanya hanya saya dapati di setiap puzzle perjalanan ini. Mencari tenang.

Bedanya, sebulan kemarin itu betul-betul effortless. Cuma-cuma.

Saya juga bermaksud mengapresiasi warga sekitar Benhil (Masjid Darussalam) yang tak surut gigihnya sampai malam terakhir. Kalau di rumah saya di Bali, shaf-nya pasti udah maju teratur sampai 80%. Hehehe. Ohya! Iktikaf yang notabene dimulai tengah malam hingga jam 3 pagi, isinya juga lumayan banyak.

Maka yang paling menyedihkan sewaktu bulan itu berakhir, adalah kesempatan saya untuk bisa merasakan arti pulang setiap hari. Kekhawatiran akan kosongnya hati lagi. Kealfaan alasan untuk seribu hal baik lainnya.

Begitulah. Seperti halnya bahagia, takut-pun ternyata sederhana.

In Frame : One fine day at Sheikh Zayed Mosque

One Comment Add yours

  1. Aldi patria's avatar Aldi patria says:

    Banda aceh 😂

    Like

Leave a comment