Tiga Anak Muda, Gede Pangrango, dan Seribu Hal Absurd Lainnya.

Huallo, selamat sore dan semangat pagi sesama anak mudaaa 😀
Haha, well, hari ini rasanya FRESH, walaupun kaki masih sedikit tak berasa kaki. Mau sedikit berbagi tentang kisah tiga anak muda yang kemarin melakukan perjalanan absurd ke sebuah tempat antah barantah. Mari dimulai 🙂

Kamis, 30 Agustus 2012.
Sebuah pagi yang biasa-biasa saja di Bogor. Tidak dingin. Pun tidak panas. Satu-satunya hal yang membuat pagi itu tidak biasa, adalah harus mandi sebelum jam setengah enam. Haha, iya itu tidak biasa (setidaknya setelah hampir 3 bulan libur kuliah) –“
Memastikan barang-barang penting (dan tidak penting) masuk ke sebuah ransel, memilih baju yang nyaman (yang ternyata warnanya tidak cocok untuk sebuah perjalanan kotor-kotoran), mencari sepatu cats senada (yang lagi-lagi bukan pilihan warna yg baik buat berkotor-kotor ria), mengunci pintu, dan akhirnya bersiap berangkat.
Adalah saya, Umil, dan Cikoy, tiga anak muda yang baru membuat janji sekitar tengah malam sebelumnya untuk pergi ke sebuah daerah bernama Cisaat -tolong jangan tanyakan tentang keabsurd-an nama ini. Awalnya janjian jam enam pagi, tapi apa daya si guru masih tidur, dan akhirnya kita berangkat sekitar 07.20 WIB. Selama rentang waktu dari pukul 06.15-07.20, saya dan Umil menghabiskan waktu dengan menjemput martabak, beli empat tahu isi, beli lagi 3 tempe goreng + 1 risol. Hitung-hitung, mengganjal perut dan bekal buat disana.
Perjalananpun dimulai. Dari Dramaga Bogor, naik angkot kampus dalam ke Laladon (ongkos Rp.2.000), dilanjutkan dengan angkot ke Baranangsiang (ongkos Rp.3.000). Turunlah kami di samping Botani Square, dan mencari angkutan ELF jurusan Bogor-Sukabumi. Tidak sulit mencari angkutan ini. Walaupun sesak, yah lumayanlah untuk sebuah sarana umum murah meriah.
Sepanjang jalan, kita ngantuk. Kecuali Umil yang sesekali ngobrol dengan bapak-bapak di sampingnya. Juga Cikoy yang ketiduran dan malah bersandar di bahu kakek tua di sebelah kanannya. Bangun-bangun, udah masuk wilayah Sukabumi. Jalanannya kecil, melintas desa dan masih cukup sering ditemui sawah dan pepohonan. Badan ELF yang kami tumpangi meliuk-liuk bak permainan crazy taxi di games komputer.   Seru dan, menegangkan. Sementara di luar kaca, matahari terlihat cukup terik. Itu sekitar jam 10 pagi. Artinya, sudah hampir dua jam perjalanan dengan angkutan ELF ini. 
Ngomong-ngomong, di antara kami bertiga, tidak satupun yang pernah tau wilayah yang akan dituju ini. Cuma berbekal ‘tanya-tanya’ ke orang, dan tentu saja sebuah kisah di internet milik Om Watados. Iya, om ini menginspirasi kami dengan ceritanya. Jadi tersesat tidaknya, yah bergantung dari petunjuk si Om.
Kiri Umil, Kanan Cikoy.

Sekitar setengah 11, akhirnya kita sampai. Turun di depan Polsek Cisaat, dan membayar ongkos Rp.12.000. Lumayan murah untuk dua jam lebih perjalanan. Lapar, kami pun cari perbekalan ke Indomaret dekat Polsek, dan mampir makan di Warung nasi padang sebelahnya. Pilihan jatuh pada ayam kare, dan itu enak :3 Harganya Rp.12.000 🙂

Setelah beres sarapan, jalan sedikit, menuju pangkalan angkot warna merah.

Menuju Pangkalan Angkot.

 
Dan yak, disinilah ternyata tempat yang diceritakan Om Watados.

Pasar Cisaat. Sekaligus Pangkalan Angkot Merah. Di depannya ada Yomart dan Masjid.
Next, kita naik angkot merah ini menuju tujuan awal : Situ Gunung. Di angkutan inilah yang akhirnya mempertemukan kita dengan sepasang kakek dan nenek yang super baik dan so sweet :’) Namanya Abah Salman dan Umi Aji. Beliau berdua dengan ramahnya memulai obrolan dengan kami. Bertanya, dan bercerita. Mba-mba penumpang di samping saya juga ramah, sesekali ikut menimpali obrolan. Ah, ternyata pelosok negeri ini selalu menyisakan banyak orang-orang yang peduli 🙂
Di angkot, bersama Abah dan Umi Salman
Abah dan Umi ini yang memberi tahu kita, sebaiknya pergi ke Curug Sawer. Disana masih sangat alami dan jauh dari kontaminasi. Kebetulan arah menuju Curug Sawer ini alternatifnya bisa ditempuh dari tempat Abah dan Umi Aji turun. Beliau berdua menawarkan mengantar kami sampai di suatu titik. Banyak sekali cerita dari Abah. Mungkin suatu saat nanti, saya akan buat sebuah tulisan khusus tentang mereka. Ada romansa menyentuh pada keduanya.
Menuju desa tempat keduanya tinggal

Ini tempat yang masih alami. Desa yang menyenangkan, dan jauh dari hiruk pikuk kota. Penduduknya saling mengenal, menyapa satu sama lain. Bekerja dengan riang, dan aktivitas lain yang tidak akan ditemui di kota.

Kata Abah dan Umi, jika kesorean atau kemalaman, kami diundang bahkan sangat dianjurkan untuk menginap di rumahnya. Baik sekaliiiii :”))
Sampai di satu titik yang dijanjikan tadi, kamipun melanjutkan perjalanan sendirian, setelah mendapat petunjuk jalan dari sepasang suami-istri yang baik itu, dan mencium tangan keduanya. Pamit, dan mengucapkan terima kasih.

Selanjutnya, ini medan yang kami tempuh selama entah berapa lama. Entah berapa kilometer.

Buat saya, ini medan yang melelahkan. Sangat sangat melelahkan. Entah dimana letak turunannya. Semua jalan adalah pendakian. Naik, naik, dan naik. Dan tentu saja, satu kilometer disini tidak sama dengan satu kilometer di jalan datar. Masya Allah. :”)
Tapi seberat apapun, hukum yang berlaku di depan kamera adalah tersenyum 🙂
Sajian alam yang masih amat alami adalah satu-satunya penyemangat. Mengambil gambar dan mengagumi lukisan Tuhan ini acapkali menambah energi baru, dan berjanji akan lebih sering ke pelosok-pelosok lain dan menimba banyak hal darisana.
Umil, si anak gunung hampir menyerah :p
Si Umil yang notabene anak gunung, berkeringat dan mengeluh cape dengan trek ini. Saya? Tidak usah ditanya. Satu-satunya yang terlihat baik-baik saja adalah si Cikoy. Entah dari apa anak ini makan -__-
Long, long track. 

Sampai akhirnya suara gemericik air makin mengeras. AAAAAAHHH IYA. AKHIRNYA.
Ini jembatan goyang yang harus dilewati sebelum benar-benar sampai ke pusat suara gemericik air yang menggiurkan itu.
 
Then, yeah!
Bayar karcis masuk Rp. 3.000 disini.
Ini diaa yang menggugah seleraaa :3 Penawar dahagaaaa. Capenya ilaaangg. Capenya ga berasaa..

Udaranya sejuk, dan adem. Airnya jernih, bening, dingin, segar, dan ah, kehabisan kata.

Dimakan disini, kenikmatannya nambah 240%. (Sampahnya dibawa kok. Ga dibuang di curug)
Guru sedang membaca kitab suci.
Ulah Umil. Guru Cikoy yang sedang bertapa di atas batu besar.
Tangan Umil. Saya yang tiduran di batu, dan kecipratan air segaaaarrr :))
Martabak yang dibawa dari Bogor. Dimakan di atas bebatuan curug 🙂
Ngga bisa diungkapin sama kata-kata kesegaran air ini. FRESH.
Tidak meninggalkan apapun kecuali jejak. Dan tidak mengambil apapun selain gambar. Begitupun kami. Banyak sekali gambar-gambar yang kita ambil, dan ngga cukup rasanya buat di upload disini semua.
Di Curug ini kita main sekitar sejam lebih.
Then? Masih panjang.
Masih ada final destination, Situ Gunung. Simak kelanjutannya di next posting ya :))
Bersambung.

15 Comments Add yours

  1. Unknown's avatar Anonymous says:

    kereeeen. bolang sejati :')

    Like

  2. Unknown's avatar Ratna Sofia says:

    Yah anonim yahhh 😦 hehe..

    Like

  3. jangan2 itu si Om -__-

    Like

  4. Unknown's avatar Ratna Sofia says:

    Hahahaha.. sepertinya bukan gur. Si Om sudah hilang ditelan bumi :”)

    Like

  5. Unknown's avatar yak says:

    gw anak gunung spesialis pantai kali bang, ga biasa nanjak lama-lama haha 😛
    etapi curugnya makcessss :twothumbsup:

    Like

  6. Unknown's avatar Ratna Sofia says:

    katanya on progress~ manaaa?

    Like

  7. Unknown's avatar Iruru says:

    Ngebolang bertiga doang? sip sip sip.. Di tunggu cerita selanjutnya.. hahaha

    Like

  8. Unknown's avatar yak says:

    gw ngelanjutin cerita lu aja ye bangs~

    Like

  9. Unknown's avatar Ratna Sofia says:

    Nah boleh tuh. Nanti gue posting disini juga deh lanjutannya :p

    Like

  10. Unknown's avatar tatatantri says:

    ajak-ajak dong Naaa nantiii hehehe 😀

    Like

  11. Unknown's avatar Ratna Sofia says:

    Ngga ah~ Tantri kan ngeselin~

    Like

  12. Unknown's avatar nida says:

    ada pacet ngga disanaaa?

    Like

  13. Unknown's avatar Ratna Sofia says:

    Alhamdulillah sih ngga ketemu kak ^^

    Like

  14. Unknown's avatar beemountain says:

    mampir donk neng kalo main ke sana lagi.

    Like

  15. Unknown's avatar Izza says:

    wah, kece banget…jadi pengen ke sana juga 😀

    Like

Leave a reply to yak Cancel reply