Backpacker ke Macau dan Hong Kong : Harga Kaki Lima, Fasilitas Bintang Lima!

Ini tepat setahun lalu saya dan Nona Winda nekat backpackeran ke Macau dan Hongkong. Sebagian besar tulisan ini adalah repost dari judul sebelumnya. Tapi kali ini lengkap dengan rincian budget dan ulasan lebih lengkapnya!

Kami melakukan perjalanan ke Macau dan Hong Kong hanya dalam 4 Hari! Sudah termasuk inflight loh 4 hari ini. Hahahaha. Maklum, kami babu perusahaan; jadi mesti hemat-hemat cuti. Tapi, kami memanfaatkannya secara maksimal dengan pemberangkatan dini hari! Jadi jam 8 Pagi di Macau sudah langsung jalan-jalan.

Berikut rinciannya :

  1. Penerbangan Jakarta – Macau : 1:55 AM – 07.50 AM.
  2. Penerbangan Macau – Jakarta : 8.20 AM – 12.20 AM.

Bisa dilihat, kami punya 3 hari full untuk explore Macau dan Hong Kong.  Nah 3 hari ini kami menginap di 3 Hotel mevvah lucu berbeda di Macau-Hong Kong-Macau. Tentu saja, lucu tapi affordable.

Ini rincian budget-nya :

  • Tiket PP :  +/-`1.500.000/pax
  • Day 1 Grand Harbour Hotel Macau : 856.566 / 2pax
  • Day 2 Hong Kong Best Western Harbour View : 862.093 / 2pax
  • Day 3 Rio Hotel Macau : 749.219 / 2pax
  • TurboJet Macau-Hong Kong PP : +/- 400.000

Jadi kalau seorangnya sekitar 3.2 Juta. Hemat kan, beb? HAHAHAHA. Serius, harga segini sudah all in menginap di Hotel yang nyaman banget. Dengan Harbour View pula. Psstt, bahkan ada diantara Hotel di atas yang harganya 2juta lebih, tapi kami dapat harga ga sampai setengahnya 😛

Oh ya dan tentu saja, harga segitu sudah termasuk direct flight yang tidak perlu menguras tenaga. Plus, sudah termasuk TurboJet PP!

Menjelajahi Macau itu susah-susah gampang. Gampang, karena kotanya kecil. Bahkan saya dengan bangga bisa bilang UDAH keliling Macau dalam 2 hari dengan jalan kaki HAHAHAHA.

Nah sementara bagian susahnya, karena…… 90% orang disana tidak bisa berbahasa Inggris. Mulai dari ngeliatin google translate ke mereka, minta maaf malah diomelin, nyamperin mas-mas berdasi yang mau kami mintain tolong ternyata gak bisa juga; sampai menghadapi kasir-kasir 7-11 yang nampak insecure sekali menghadapi orang asing dengan bahasa asing-nya.

Macau

Sebelum lebih jauh, hal paling dasar yang bisa saya highlight dari kota ini adalah :

  • Banyak tempat tidak mau menerima pecahan uang HKD. Jadilah kami harus convert ke MOP atau Macau Dollar.  Btw! Ku menyarankan kalian untuk tarik tunai aja di ATM sana. Ndak usah repot-repot bawa duit segepok dari Indo. Kursnya malah lebih bagus kalau ditarik disana loh, dan gak ada biaya apapun (setidaknya buat gue yang pengguna CIMB wkwk).
  • Uang koin menjadi sangat vital untuk kebutuhan naik turun Bus.
  • In Google Maps and Tourist Maps we trust!
  • Pakailah alas kaki yang nyaman, ciwi-ciwi ga usah sok ide pakai sendal cantik ala wedges ya.

Mendarat di Bandara International Macau, kami langsung naik public bus. Catat, naik bus-nya dari pintu depan, karena kita harus masukin koin disitu. Pintu tengah hanya untuk yang turun. (Me, giving you advice like a pro) LOL.

Hotel kami ada di kota Macau-nya. Sementara si Bandara ada di daerah Taipa. Maka, daripada bolak-balik, kita memutuskan untuk langsung jalan-jalan. Dan Venetian tentu adalah tujuan utamanya. Naik bis nomor 36, kami turun di dekat Venetian, dan jalan kaki menuju City of Dreams. Buat apa? Buat titip tas! Hahaha!

Puas dengan Taipa, kami menuju kota Macau-nya. Tempat hotel kami berada. Perjalanan menuju hotel ini nih yang bikin kita hampir putus asa. Berjam-jam. Naik turun bus. Jalan kaki sampai ga berasa kaki. Tanya sana-sini, mulai dari bahasa Inggris sampai bahasa tubuh.

Sampai akhirnya, Tuhan mempertemukan kami sama mbak-mbak cantik baik hati, keturunan Philippine yang bisa diajak ngobrol juga. :”) Ku terharu.

DSC03819
After a thousand miles. -_-

Kalau boleh dibandingkan, Macau vs Hong Kong ini sama seperti kita membandingkan Melaka vs KL.  Saya tentu vote Macau dan Melaka! Kota yang tua, punya cerita, dan tentu bersahabat dengan pejalan kaki semacam kita.

Soal makanan, Senado Square tak kehabisan tempat untuk hunting. Tapi ya begitulah, kota ini bukan kota yang ramah muslim untuk hal makanan. Ujung-ujungnya yang kita cari untuk makan berat adalah..

DSC03918
K-F-C

Sementara itu di hari yang lainnya, ditemani Cakra dan Prima (teman saya dari Bali), kami mengunjungi Fisherman’s Wharf. Seru, berasa keliling Colosseum Rome. Bangunannya yang antik, megah pada zamannya, dan classic.

Memasuki malam, saya dibuat jatuh hati dengan warna langitnya yang biru pekat.

Macau, sang City of Lights yang setengahnya habis disapu badai topan beberapa hari sebelumnya. Macau, yang dari pandangan saya pribadi adalah ‘rumah singgah’ bagi sebagian orang disana. Macau, yang adalah panggung bagi casino dan pecintanya.

Bagaimanapun, meski cuma menjejakkan kaki disana beberapa hari saja, saya berharap semoga Macau senantiasa memeluk mereka yang singgah untuk menyambung hidup. Dan semoga tetap ramah pejalan kaki, dan penghirup udara segar.

Hong Kong

Sementara itu, tidak ada yang bisa saya ceritakan tentang Hong Kong; selain crowded, cuan, dan melelahkan. Buat gue sebagai kaum urban, cukuplah kami melihat pikuk yang tak ada habisnya di Jakarta.

Berbekal kartu Octopus 150 HKD, kami berasa bebas mau kemana aja. Tapi malangnya, ga tau mau kemana hahahaha. Dan waktu itu hujan mengguyur seisi kota. Kami memilih naik apa saja dan kemana saja untuk menikmati sisi lain si Kota Crowded ini. Dan adalah Bus Tingkat yang mengantar kami sampai di tempat antah barantah.

Well, getting lost isn’t bad at all. Kami menikmatinya. Bertemu strangers, sightseeing, dan sesekali memoncongkan lensa kamera. 🙂

Hari itu kami tutup dengan kunjungan ke Ladies Market; the one and only tempat banyak jajanan dan tempat bisa beli apa aja. Supaa crowded. Meski hujan, semua orang tetap belanja KAK! :))))

Yap. Itulah sedikit jejak perjalanan yang bisa saya rekam dan putar ulang. Terimakasih untuk seluruh strangers, yang pernah membantu, yang pernah berbagi cerita, atau yang hanya saya amati sebagai objek. Saya belajar banyak.

Oh ya. Perjalanan kemarin bikin kami semakin kukuh, bahwa Indonesia, adalah rumahnya orang ramah.

Traveling. It leaves you speechless, then turns you into a storyteller.

Jakarta,
[Updated on] 1 September 2018.

2 Comments Add yours

Leave a comment