Sepanjang 2017, saya kebetulan melakukan perjalanan dengan 24 kali penerbangan dan gonta-ganti maskapai. Kata Ika Natassa, dalam dunia penerbangan, dikenal sebuah istilah Critical Eleven, 11 menit paling kritis di dalam pesawat. Dimulai dari 3 menit setelah take off, dan 8 menit sebelum landing. Dari pengalaman 2017 ini, beberapa penerbangan WAA GILA SIH GEMETERANNYA.
Goyang Disko
Penerbangan paling menyeramkan terjadi di tanggal 22 April 2017, tepat di hari ulang tahun saya. Naik Lion Air menuju Jakarta, saya kebagian duduk di kursi nomor 1 paling depan, 1C tepatnya. Kursi 1A dan 1B kosong. Waktu itu pesawatnya delay. Nyaris jam 12 malam si Singa baru bisa terbang. Sedetik dua detik pasca lepas landas, tiba-tiba, ASTAGFIRULLAH, pesawat goncang hebat. Kapten yang sedang tidak bertugas (dan duduk di seberang saya), pramugari, penumpang, semua pucat pasi. Seatbelt bukan main kami kencangkan. Semua orang sadar, ini bukan turbulensi biasa. Lampu seatbelt ga berhenti menyala. Ada kali, itu lebih dari 15 menit. LIMA BELAS MENIT paling menyeramkan di usia saya yang tepat menginjak 25 tahun hari itu. Rasanya pengen maki-maki Ika Natassa, “CUY KATANYA CRITICAL ELEVEN. 3 menit setelah take off doang, INI MABELAS MENIT LEBIH AFTER TAKE OFF masih goncangggg cuyy. Huhu”.
Kabut dan Jarak Pandang
Ini kejadian di hampir semua penerbangan saya bulan November – Desember. Pertama kejadiannya di Malang. Saya baru tahu, penerbangan dari dan ke Malang paling akhir cuma sampai jam 3 sore. Kondisi Malang yang dingin, hujan, lembab, dan berkabut adalah satu-satunya alasan. Makin sore, dipastikan jarak pandang akan buyar tertutup kabut. Jangankan sesore itu, sepanjang pagi sampai siang, kota ini diguyur hujan dan kabut tebal. Waktu mendarat disini, pesawat yang saya tumpangi bahkan mesti berputar sekitar 40 menit di atas bandara karena ga bisa landing. Geregetan, sekaligus gemeteran.
Masalah yang sama juga kejadian saat saya menuju Pangkalan Bun, Kalimantan. Pesawat kami delay 2 jam. Sepenuhnya dikarenakan jarak pandang di Pangkalan Bun yang maksimal hanya 300 meter. Sehingga ga memungkinkan adanya pendaratan. Alhamdulillah setelah 2 jam akhirnya kami diberangkatkan, yang berakhir dengan kami basah kuyup diguyur hujan ketika mendarat di Pangkalan Bun. On flight-nya? Ga usah diceritain deh ya. Super disko :’)
Live Petir
Inilah penerbangan traumatik, yang bikin saya selama di atas ga berhenti bergumam, “apa gue naik kereta aja ya pulangnya…” – padahal udah beli tiket pesawat balik :’) Waktu itu bulan November dan Desember, yang kebetulan pesawat ini dijadwalkan mendarat Magrib.
Saat itu, kami tepat berada di atas kota Surabaya. Langit gelap, kemudian mendadak terang, mendadak gelap lagi, begitu seterusnya. Lo bener-bener menyaksikan siang diganti malam dalam satu garis waktu. Nyala Petir tepat di sebelah kami. Sejajar dengan pesawat. Si petir seolah mengepung pesawat, dan siap kapanpun buat melahap. Ini posisinya tepat di atas kota Surabaya, tapi pesawat ga bisa melakukan pendaratan. Butuh waktu lebih dari 30 menit untuk bisa cari celah mendarat. Masya Allah.
—
Ya begitulah, di satu sisi, kita-kita ini senang bisa berpindah ke sudut lain di bumi dengan cepat. Tapi di sisi lain, ada harga yang harus dibayar. Seperti kekhawatiran dan rasa berserah pada Tuhan saat itu juga.
Saya membayangkan betapa penting dan hebatnya tugas pilot di udara, dan Air Traffic Controller (ATC) di darat, selama penerbangan. Kerjasama mereka adalah batas dari keselamatan kita semua. – Ya, tentu selain faktor alam dan takdir.
ATC ini memberi layanan pengaturan lalu lintas di udara, baik untuk mencegah antarpesawat terlalu dekat satu sama lain, mencegah tabrakan antarpesawat udara dan memberikan informasi pesawat udara dengan rintangan yang ada di sekitarnya selama beroperasi.
Itu juga mungkin yang dimaksud Ika Natassa dalam 8 menit terakhir yang paling kritis, yaitu saat pesawat landing. Jangan sampai ada salah informasi barang semenit. Tabrakan antar pesawat bisa jadi akibatnya. Salah menit, bisa jadi mengubah satu sejarah.
Akhir kata, semoga kita senantiasa diberi keselamatan! And have a wonderful flight!
Cheers.