Saya percaya, pada mereka yang sengaja melakukan solo traveling, bahwa ada sudut kemewahan sama yang kita rasakan. Mengapa saya sebut mewah?
Karena kita punya banyak kesempatan untuk memeluk waktu dengan diri sendiri. Berdamai. Bertoleransi. Berhitung. Dan melatih peka.
Kita punya ruang buat berinteraksi, dengan orang-orang asing di sekitar. Penduduk setempat, supir taksi, penjaga warung, pelayan hotel, investor, tamu, wisatawan lain.
Seperti yang saya lakukan beberapa hari ini.
Dengan ransel di pundak. Duduk di belakang pengemudi Taksi Online setiap hari. Berjalan kaki berkilo-kilo meter. Menyantap seafood di tempat paling romantis di Bumi. Menghempaskan badan di tebing pantai. Mengayunkan kaki pada ombak. Membidikkan lensa ke beberapa sudut bumi. Dikerubungi dan digonggongi anjing (sampai mesti minta bantuan ke ibu penjaga loket). Berjalan di antara kerumunan monyet liar di jalanan hutan. Makan Indomie di warung pinggir jalan. Sampai kedai Jimbaran yang harganya gak santai.

Terdengar menyenangkan? Atau menegangkan?
Keduanya. Tapi pun melelahkan.
- Saya yang terbiasa di Jakarta bayar apa-apa tinggal gesek, disini lupa bawa cash yang cukup. Jadilah gak bisa makan di tempat tanpa EDC, dan harus saya tebus dengan jalan kaki yang jauh banget untuk cari ATM -yang berakhir ATMnya gak bisa tarik tunai-.
- Saya yang di Jakarta yang tenang-tenang aja kalau pulang malam, karena Taksi dan Ojek Online gak akan ada habisnya. Disini, harus berdamai dengan susahnya transportasi umum konvensional.
- Saya yang sudah beli tiket pertunjukan Kecak di Uluwatu, akhirnya batal kesana dan memilih tidur di hotel karena satu dan lain hal.
- Saya yang di Jakarta hobi kelupaan naruh kunci, handphone, dompet dan KTP. Disini amit-amit jangan sampai.
Dan banyak hal lain, yang memaksa saya berhitung biar jangan salah langkah (lagi).
:))
Lalu apa?
Lalu Selamat Datang Lagi Tanggal 22 Bulan Ke-4!
Perjalanan ini adalah bentuk selebrasimu. Jauh dari pikuk, yang aku hadiahi. Pun, ini adalah hal terbaik yang bisa kita rayakan bersama sebagai momentum mengenal diri.
The older I get the more I understand that it’s okay to live a life others don’t understand.
—
22 April, 06.40 WITA.
Dari Rantun’s Place. Sehabis Renang.
hai aku suka banget nih, jadi berasa nambah pengalaman sendiri, ya walaupu belum pernah ngerasain sih. hehe
LikeLike
Nice!
Traveling sendirian itu menyenangkan, banyak tantangan, dilanda stress (pasti), apalagi kita-kita ni cewek. Segala sesuatunya diurus & dipersiapkan sendiri dengan matang. Disinilah kecerdasan dan iman kita diuji.
LikeLike
Agree. Bahkan kadang nyasar sekalipun patut disyukuri 😀
LikeLike
walaupun nyasarnya 3 jam mbak, gempoorr euyy. Kadang google map suka galau. Tep disyukurin lah yaa. Mau merengek ke emak juga dia bisanya bantu lewat doa wkwkwk
LikeLike