Nonton di Kineforum : Sejarah adalah Sekarang

Ada yang belum pernah ke Kineforum? Kineforum buat saya pribadi, adalah ruang kecil di sudut Jakarta, yang menawarkan ragam program film, dalam maupun luar negeri, dan dari komersial hingga non-komersial. Sengaja saya bold non-komersialnya. Karena ruang ini berarti menjawab atas ketiadaan ruang untuk menonton audio visual non komersial di Jakarta. Kineforum, menjadi alternatif untuk kita bisa nonton film-film Indie, film Internasional yang tidak pernah diputar di bioskop, film-film jaman dulu, bahkan diskusi bareng si penggarap atau para pemerannya.

Jumat kemarin, tepatnya tanggal 10 Maret saya singgah lagi ke Kineforum. Nonton 2 film sekaligus! Maklum, Maret adalah bulan yang menaungi Hari Film Nasional. Kineforum tak ketinggalan dengan program asiknya, yaitu menggelar satu bulan pemutaran full film-film Indonesia terbaik sepanjang masa. Mereka mengangkat tema : Sejarah Adalah Sekarang.

DSCF7330

Film pertama yang saya tonton adalah : Sokola Rimba.

Nangis! Asli, Mas Riri Riza dan Mba Mirles betul-betul menyajikan pengalaman sinematis yang luar biasa. Adegan dibuka dengan Butet (diperankan Mbak Prisia Nasution) yang berbekal ransel gunung, kemeja planel, mengendarai motor gedenya melewati jalan hutan Jambi yang tidak rata, berdebu, dan tak beraspal selama berjam-jam. Wanita, bergelar Sarjana, yang membuang dirinya jauh ke hutan buat satu tujuan : mengentaskan buta huruf.

Butet berhadapan dengan warga Rimba yang memandang pendidikan dan segala apapun yang dibawa orang asing adalah kutukan dan penyakit. Akting seluruh pemainnya layak sekali untuk diacungi dua jempol. Utamanya sembah sujud buat Mbak Prisia yang memang dilahirkan untuk menjadi seorang Butet Manurung. Saking sempurnanya akting si Mbak ini. Juga seluruh anak-anak rimba; Nengkabau, Bangao, dan semua krucil-krucil itu sukses bikin ketawa sampai nangis.

Buat kita, anak-anak kota, generasi milenial, yang mungkin ga pernah membayangkan ada kehidupan rimba yang keras di Republik ini; silakan menonton film-nya. Bahkan, suku Baduy yang pernah saya kunjungi langsung, jauh lebih maju, dan lebih terbuka dibandingkan dengan warga rimba di film ini.

Skor untuk Sokolah Rimba : 9.0/10!

Film kedua, Athirah!

Masih karya dari duet fenomenal : Riri Riza dan Mirles. Dibandingkan dengan Sokola Rimba, film Athirah masih fresh from the oven. Baru tayang beberapa waktu lalu di bioskop.

Bagaimana rasanya dimadu? Athirah menjadi sosok perempuan Bugis, yang bisa menggambarkan perasaan itu.

Cinema diawali dengan kepulan makanan khas Sulawesi yang bikin ngiler. Kemudian dilanjutkan dengan gambaran satu keluarga sempurna, yang hijrah ke Makassar dan sukses merintis bisnis dari nol hingga menjadi besar dan mempekerjakan banyak orang. Film ini digambarkan di tahun 1950-an.

Puang Haji sang tokoh, terpikat pada wanita lain saat tepat berada di puncak kesuksesan.  Dari situlah konflik-konflik muncul. Ketegaran Athirah, bangkitnya Beliau, sampai cerita si Ucu (putra Athirah) yang ditolak wanita pujaannya karena takut diduakan di kemudian hari.

Buat yang belum tahu, Athirah adalah sosok nyata. Beliau adalah Ibunda Pak Yusuf Kalla. :))

Skor saya untuk film ini 7.5/10. Maaf ya Mbak Mirles 😦 Bukan apa-apa, mungkin sayanya aja yang terlalu berekspektasi lebih di penghujung cerita.

So guys, masih tersedia rentetan hari untuk bisa menikmati film karya anak negeri! Kunjungi Kineforum sekarang yuk. Jangan lupa berdonasi agar ruang-ruang seperti ini selalu terjaga.

🙂

Leave a comment