Berkunjung

Beberapa waktu lalu menyempatkan diri berkunjung ke si Kampus Kuning. Cari nafas. Jaraknya toh cuma seperlewatan beberapa stasiun dari Stasiun Bogor.
Iya, kesini tentu udah berkali-kali, hanya selalu dalam diorama yang beda.
Turun di Stasiun UI, malas menunggu Bikun, ujung-ujungnya naik ojek. Tujuannya ya mana lagi selain Perpustakaan tepi danau itu.. 
Belum genap dua menit….
“Berapa, Bang?”
“Biasa neng, tujuh ribu”
Satu..
From my view
Sebelum masuk ruang baca, seperti biasa memilih untuk keliling dulu. Selalu suka sama arsitektur bangunan ini. Keren. Walaupun yang paling bikin adem, tetap pemandangan luarnya. Danau..
Dua..
Cukup lama, akhirnya beranjaklah ke lobi menuju perpustakaan bacanya. Tentu tempat kami adalah di registrasi umum, tulis nama, bayar. Oi, biayanya belum naik. Lima ribu.
Tiga…
Referensinya lumayan lengkap dan banyak, cuma masih lieur sama rak-rak bukunya. Too complicated buat orang baru pasti, hehe. Colokan ada disana-sini.. Satu-dua orang asik dengan headsetnya. Tiga-empat lain, sibuk bertualang di antara rak-rak buku. Yang lain? Bisa dipastikan jemarinya sibuk menari bersama tuts keyboarddi depannya.
(Yang ini, biasa, standar..)
Lanjut setelah baca-baca sebentar, akhirnya memutuskan keluar sambil nunggu Ashar. Duduklah saya di spot dekat danau, sendirian, sambil nungguin teman yang lagi kemana tau. Disini memang spot yang asik buat orang-orang berlaptop yang lagi cari inspirasi.  Ngga lama, seorang Bapak menghampiri, duduk santai di sebelah saya sambil menyodorkan sejenis bacaan dan amplop, plus ceramah dan penjelasannya yang panjang lebar. Sumbangan. Tanpa pikir panjang, biar cepat juga, masukin lah uang ke amplop itu. Si Bapak pun pergi. Nampak pindah ke orang lain yang lagi duduk-duduk juga. Beberapa detik setelah itu, sekarang giliran dua boddyguard nyamperin saya. 
‘Itu temennya, mba?’
‘Eh, ngg.. bukan, Pak’
“Dia ngapain, mba? Minta sumbangan?’
“Iya ._.”
Setelah bilang makasih, keduanya pun lari tergesa menghampiri si Mas tadi. Duar! Tanpa tedeng aling-aling, si Bapak badan besar ini menyeret mas-mas yang kurang beruntung, kepergok pula. Oi, keren juga ini petugas keamanan UI.
Empat…
Kemudian saya lanjut lagi main sama si laptop, sebelum akhirnya, lagi-lagi ada yang nyamperin. Kali ini mba-mba, tampaknya mahasiswa. Belum juga apa-apa, mbanya udah ceramah juga. Ngomongnya lancar, kaya kaset yang sepertinya udah diulang dua puluh tiga kali. Mereka bawa beberapa tas, yang isinya jajanan, dan dijual untuk keuntungannya dipakai di acara sosial. Bahasa kerennya, ngedanus. Karena tau rasanya danus itu kaya gimana, akhirnya belilah saya satu produknya. Yuppie. Yang kalau di kelas IPB, di danusinnya, 500-1000 rupiah.
“Iya yang itu deh, mba.. Berapa?”
“Lima belas ribu ajah”
Ppffft.
Lima…
Hahahahaha. Itu tadi hasil kunjungan beberapa waktu lalu ke UI. Sangat respect sama kampus ini, yang dengan tegas menolak Rokok di semua sisi, termasuk beasiswa pendidikan. Hal yang belum bisa Kampus Hijau lakukan. Kerennya lagi, adalah soal Perpustakaan Pusat milik UI ini. Nampak dikelola apik dan teratur. Salut juga untuk petugas keamanan yang betul menjalankan tugasnya. Kewl. Juga kagum sama semua arsitektur dan tata letak di sekitar kampus. Leason Learned.
Tapi kawan, hakikat dari sebuah kunjungan, pada akhirnya menyaratkan syukur, bahwa kita ada di rumah yang sekarang. Sebut lah IPB. Bayangin aja, kalau harga ojek kampus, 7ribu hahahahaha. Kalau di UI, non mahasiswa bayar 5ribu untuk masuk ruang baca Perpustakaan, alhamdulillah IPB gratis. 😀 Kalau UI berdiri dengan perpustakaan kerennya, cukuplah kita ada di LSI dengan wajah-wajah bersahabat dari pengunjung lainnya 🙂 Pun dengan pengemis dan peminta-minta di IPB yang belakangan menjamur, semoga suatu hari bisa sama-sama kita tertibkan. Bisa sama-sama kita beri pemahaman. Karena akan jauh lebih sulit mengatasi mereka yang berkedok, mengatasnamakan Panti Asuhan atau Yatim Piatu misalnya. 🙂
Oh iya, satu lagi. Seengganya kalau di IPB, beli danusan Yuppie ga mesti 15ribu! :)))
Dan kalau disana, dengan semua fasilitas yang ada, mungkin saya, kamu, kita, ga akan pernah ngerasain dinginnya GKA.. Mungkin juga ngga ngerasain, panasnya ngedanus ke Laladon, Perumdos, sampai berbagi jalan dengan sejuta angkot Bogor. Atau ke Jakarta, mengantar proposal untuk calon Sponsor, berbekal motor 😉
Sekali lagi, hakikat kunjungan itu adalah belajar. Banyak hal yang bisa kita nikmati keindahannya dari tempat itu. Namun pada akhirnya, rasa syukur ada di tempat inilah yang akan lebih besar.
Sama halnya seperti perjalanan.
Berkunjunglah hei kita ke seluruh penjuru bumi. Ke tempat-tempat paling indah di dunia. Thailand, Paris, Italia, Dubai, Belanda, Swiss, sampai Kanada. Akan banyak keindahan disana.
Meski pada akhirnya, semua kita akan sepakat, ngga ada yang lebih indah dari Negeri sendiri. :))
Kalau lo ga berkunjung kemana-mana, diem aja di rumah, yang ada lo akan sibuk merutuk Indonesia yang isinya koruptor, SDM-nya kacau, dan blablabla. Tapi dengan berjalan, mengunjungi satu tempat ke tempat lain, akan ada syukur yang buncah. :))
Pergilah ke gunung, ke laut, ke kota, ke desa, naik-turun angkutan umum, menginap di rumah warga, maka akan sama-sama kita temui arti hidup yang sebenar-benarnya. Akan ada syukur dan rasa cinta yang  pecah. Dan yang pasti akan lebih berwarna daripada sebatas gadget, dan media sosial 😉
Bertualanglah. Berkunjunglah.
Sejauh-jauh perjalanan, sesungguhnya tujuanmu adalah pulang 🙂
 

5 Comments Add yours

  1. Proud to be a part of “green campus”

    Like

  2. Proud to be a part of “green campus”

    Like

  3. Unknown's avatar Anonymous says:

    “Meski pada akhirnya, semua kita akan
    sepakat, ngga ada yang lebih indah dari
    Negeri sendiri. :))”
    siapp….

    Like

  4. keren na…wah, perlu ikut jejak anak muda yg satu ini… but, i really love ur statement: Kalau lo ga berkunjung kemana-mana, diem aja di rumah, yang ada lo akan sibuk merutuk Indonesia yang isinya koruptor, SDM-nya kacau, dan blablabla.

    terus semangat menulis ya anak muda… 🙂

    Like

  5. Unknown's avatar yak says:

    berpetualanglah, terus bersyukur bisa berpetualang :DDD

    Like

Leave a comment