Berdamailah wahai waktu..
Cukupkan kami menggenapkan pembuktian
Untuk desing-desing keraguan yang pernah terngiang..
– Sebuah harap di Februari silam.. Dan kebetulan tercatat di salah satu laman blog ini..
Baik sekali Sir Evan Williams yang menyediakan laman yang kapanpun bisa terbaca kembali. Menampung harap juga cerita yang kapanpun bisa mengetuk hati. My deepest thanks dear you, blogger’s founder.
Tepat setahun sebelum ini, seorang saya, sedang merayakan selebrasi atas tersusunnya puzzle mimpi yang kata orang ngga mungkin.
Tepat setahun sebelum ini, seorang saya, mungkin sedang merehatkan badan sejenak di Kos Orange, dan mempunyai jeda untuk bernafas lega.
Mei 2012, meninggalkan kenangan dan syukur yang berharga :’)
Selalu ada ketakutan untuk membuat jejak baru.
Ada keraguan untuk memulai hal yang tak tersentuh.
Pun dengan masuknya dekade 2013.
Di bulan yang sama. Mei.
Orang macam mana pula yang mau berbondong-bondong belajar jurnalistik.
Orang macam apa juga yang tertarik dengan seminar berbayar tinggi.
Belum lagi, ditambah bumbu dan bayang-bayang tahun lalu, yang kurang begitu bersahabat.
Siapa pula yang kenal proker itu. Program kerja yang bahkan di awal tahun berencana diboikot 🙂
Cuma dalam mimpi, saya bisa membayangkan setiap detailnya..
Mencoba membayangkan gerak tubuh yang berubah setiap sepersekian detiknya.
Mencoba merasakan nafas-nafas yang memburu, bersama kerja di tangannya
Mencoba melihat perubahan laju lengkung bibir, membentuk senyum simpul yang memesona.
Mencoba mendengar riuh lengking suara tepuk tangan dan sesekali teriak bahagia
Kata seorang sahabat saya, Neptunus, Ini Semua Tentang Mimpi. ^^
Maka benar, rombongan itu benar ada.
Berbondong-bondong.
Menebus harga cukup tinggi untuk sekedar bertandang ke acara kami.
Maka benar, gelak tawa dan riuh tepuk tangan itu benar terdengar.
Sungguh ramai.
Memecah hening di Sabtu siang, yang sebagian orang tentu lebih memilih bercengkerama dengan kasur dan bantalnya.
Maka benar, ucap terimakasih tak berhingga itu benar sampai.
Terimakasih untuk hari yang menyenangkan katanya.
Terimakasih untuk menumbuhkan semangat baru katanya.
Maka hari ini, akan ada terimakasih yang sama, untuk mereka yang menyempat hadir ke acara kami :’)
Juga untuk mereka yang melenggang waktu berjuang bersama 51 kepala lainnya..
Terimakasih, Mei.
Sungguh, janji Allah nyata. Along with every hardship is relief :’)Alhamdulillahirobbilalamin :’)
Bogor, Lantai dua.
“Kesenangan terbesar dalam hidup ini, adalah melakukan hal yang orang lain menganggap bahwa kita tidak mampu melakukan hal tersebut” – Muhammad Erdyansyah.

anak muda… 🙂
LikeLike
luar biasa tulisannya (anak muda )dan clossing statment bapak pendidikan (erdi) hehee
LikeLike
Makasih yah rii banyak bantuuu :”)
LikeLike