“Saya Pernah Kesana”

Senin, April 2020.

Di sebuah kampus, dataran Kalimantan.

Hari itu saya berada di antara sekitar 60 mahasiswa yang duduk membentuk setengah lingkaran. Mata-mata berbinar, dari para penggerak kegiatan kampus. Yang tujuh tahun lalu, saya bayangkan tidak akan pernah ada di zaman ini.
Dua bulan lalu, saya mendapat email dari salah satu diantara mahasiswa itu untuk berbagi cerita. Kampusnya luas. Cukup unik dengan keberadaan sebuah bangunan berbentuk kerucut, di antara pilar-pilar tinggi, yang lengkap dengan teknologi auto detect. Kampus saya dulu belum secanggih ini, tapi semangatnya pernah saya rasakan. Seperti 7 tahun sebelum ini. Di kampus Hijau. Dulu.

“Pejamkan mata, dan bayangkan, hari ini kakimu menginjak Negara yang paling ingin kau kunjungi. 30 detik. 60 detik. Lalu katakan, Negara apa itu..”

….

Mahasiswa A  : “Negara, kediaman seorang Guru Besar Habibie yang dipuji. Jerman”
Saya               : “Jerman? Saya pernah kesana”
Mahasiswa B  : “Sakura itu indah. Saya ingin ke Jepang, kak”
Saya               : “Ah ya, Jepang sangat indah saat musim semi. Saya pernah kesana”
Mahasiswa C  : “Kata orang, kota ini tanpa jeda. Tanpa nafas. New York”
Saya               : “Oh, New York. Crowded city. Saya pernah kesana”
Mahasiswa D  : “Aku ingin ke Pakistan.”
Saya               : “Pakistan, saya juga pernah kesana”
Mahasiswa E  : “Kota Berghaus Bort.”
Saya               : “Sorry?”
Mahasiswa E  : “Saya pernah membaca itu dari Ensiklopedia. Dia kota kecil di tengah Swiss”
Saya               : “Oh ya? Saya belum pernah mengunjungi Berghaus Bort. Terakhir, ibukota Swiss”
Mahasiswa F  : “Saya ingin ke Bali.”
Saya               : “Bali.. Bali itu rumah. Lahir dan menghabiskan masa kecil disana adalah anugerah”
Mahasiswa G  : “Someday I’ll go to New Zealand, Miss
Saya               : “Amiin. You will. Selandia baru memang begitu menawan. Saya pernah kesana”

Obrolan berlanjut sampai petang.
Tujuh tahun sebelum ini, Kalimantan masih tak seramai ini, tak semegah ini.
Tujuh tahun sebelum ini, seorang anak mengetikkan percakapan tadi di depan sebuah PC yang terhubung dari lantai dua kamar kosannya.
Tujuh tahun sebelum ini, beberapa terkikik geli membacanya. Beberapa mengklik tombol close, dan membuka tab baru.
Tujuh tahun sebelum ini…semuanya mimpi..

Totally inspired by : Mr. Azzam. 

sumber gambar : http://www.okefood.com

2 Comments Add yours

  1. azzam dosen makro kita bukan sih na ???

    Like

Leave a comment